Senin, 26 Januari 2009

HIDUP ADALAH UNTUK MEMILIH TETAPI KITA HIDUP BUKAN ATAS DASAR PILIHAN

Salam untuk semua !
Saudara-saudaraku,
Dalam kedamaian hati dan kejernihan nurani,kita bisa berpikir terang. Ternyata, kita hidup dan merasakan kehidupan sampai sekarang,detik ini, bukanlah atas kehendak atau pilihan kita.
Dalam kehidupan yang kita alami, ternyata pula kita sering kali merasakan yang bukan atas pilihan atau kehendak kita. Sejak proses awal kita menjadi calon janin dan berhasil menjadi janin, telintaspun tidak kalau kita akan menjadi manusia yang sempurna seperti sekarang ini. Tentunya kita tidak ingin menjadi hewan atau tumbuhan atau selain menjadi manusia.
Namun,kita tetap menjadi manusia. Kita mesti berpikir, mengapa kita tidak menjadi hewan atau tumbuhan atau yang lain saja? Karena kehidupan ini bukan pilihan, kita tetap/ditetapkan menjadi manusia. Kita terlanjur menjadi manusia. Dengan kesempurnaannya, kita manusia punya kesadaran jiwa/akal yang sehat dan raga yang kuat dan bisa merasakan apa yang ada disekeliling kita, baik yang tampak maupun yang tidak, kita manusia menjadi punya pilihan atau kehendak.
Pilihan dasar manusia adalah enak dan mengenakkan. Meskipun tidak semua pilihannya bisa dicapai. Kita menjadi manusia harus punya pilihan. Dalam kehidupan ini kita dihadapkan oleh banyak pilihan pada setiap denyut rasa kehidupan. Tentang apa,siapa,bagaimana,mengapa,kemena,dimana,.....(bertanya apa saja,terserah diri kita yang merasa menjdi manusia). Jawabannya ada pada kesadaran nurani kita. Jika kita merasa kesulitan,maka konsultasikan kepada orang-orang yang selalu menggunakan kesadaran nurani dan akal sehatnya untuk minta bimbingan !
Kita manusia juga harus menyadari dan mengakui bahwa kita hidup dalam kehidupan ini dibekali dengan kelebihan dan kekurangan. Jika bekal kelebihan kita manfaatkan pada kebenaran dan kebaikan, maka kehidupan kita akan terasa indah dan nikmat. Sebaliknya juga, jika kekurangan/kelemahan yang ada, kita manfaatkan untuk ketidakbenaran/ketdakbaikan, maka kegamangan,kegundahan,ketakutan,rasa bersalah,tidak nyaman dan perasaan-perasaan yang tidak mengenakkan akan selalu menghantui.
Jangan salah pilih pada kebenaran dan kebaikan semu ! Berpeganglah selalu pada kesadaran nurani ! Beginilah adanya,hidup dan kehidupan.
Memang kita HIDUP ADALAH UNTUK MEMILIH TETAPI KITA HIDUP BUKAN ATAS DASAR PILIHAN.
Semoga kita termasuk orang yang selalu menyadari pentingnya tentang kesadaran diri.
Salam untuk semua !

1 komentar:

  1. SELAMAT TINGGAL TAHUN 2023
    SELAMAT DATANG TAHUN 2024

    Sebelum kita memasuki dan mengawali kehidupan baru ditahun baru 2024, alangkah bijaknya kita mengevaluasi diri dan merenungi perjalanan hidup kita di tahun² lalu.
    Baik perjalanan lahir maupun batin.

    Untuk mewarnai nuansa batin kita, menikmati puisi "Hidup Itu Seperti Uap" karya penyair Si Burung Merak - WS Rendra yang cukup tajam dan menghunjam, bisa untuk menjadi bahan renungan diri kita masing².
    Selamat menikmati...!

    HIDUP ITU SEPERTI UAP
    WS.Rendra

    Hidup itu seperti UAP, yang sebentar saja kelihatan, lalu lenyap !!
    Ketika Orang memuji MILIKKU, aku berkata bahwa ini HANYA TITIPAN saja.

    Bahwa mobilku adalah titipan-NYA,
    Bahwa rumahku adalah titipan-NYA,
    Bahwa hartaku adalah titipan-NYA,
    Bahwa putra-putriku hanyalah titipan-NYA …

    Tapi mengapa aku tidak pernah bertanya,
    “MENGAPA DIA menitipkannya kepadaku?”
    “UNTUK APA DIA menitipkan semuanya kepadaku?”
    Dan kalau bukan milikku, apa yang seharusnya aku lakukan untuk milik-NYA ini?
    Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-NYA?

    Malahan ketika diminta kembali,
    kusebut itu MUSIBAH,
    kusebut itu UJIAN,
    kusebut itu PETAKA,
    kusebut itu apa saja …
    Untuk melukiskan, bahwa semua itu adalah DERITA …

    Ketika aku berdo’a, kuminta titipan yang cocok dengan KEBUTUHAN DUNIAWI,
    Aku ingin lebih banyak HARTA,
    Aku ingin lebih banyak MOBIL,
    Aku ingin lebih banyak RUMAH,
    Aku ingin lebih banyak POPULARITAS,
    Dan kutolak SAKIT,
    Kutolak KEMISKINAN,
    Seolah semua DERITA adalah hukuman bagiku.

    Seolah KEADILAN dan KASIH-NYA, harus berjalan seperti penyelesaian matematika dan sesuai dengan kehendakku.
    Aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita itu menjauh dariku,
    Dan nikmat dunia seharusnya kerap menghampiriku …

    Betapa curangnya aku,
    Kuperlakukan DIA seolah “Mitra Dagang” ku dan bukan sebagai “Kekasih”!
    Kuminta DIA membalas “perlakuan baikku” dan menolak keputusan-NYA yang tidak sesuai dengan keinginanku …

    Duh ALLAH …

    Padahal setiap hari kuucapkan,
    “Hidup dan Matiku, Hanyalah untuk-MU ya ALLAH, AMPUNI AKU, YA ALLAH …

    Mulai hari ini, ajari aku agar menjadi pribadi yang selalu bersyukur dalam setiap keadaan dan menjadi bijaksana, mau menuruti kehendakMU saja ya ALLAH …
    Sebab aku yakin ENGKAU akan memberikan anugerah dalam hidupku …
    KEHENDAKMU adalah yang ter BAIK bagiku ..Ketika aku ingin hidup KAYA, aku lupa, bahwa HIDUP itu sendiri adalah sebuah KEKAYAAN.

    Ketika aku berat utk MEMBERI, aku lupa, bahwa SEMUA yang aku miliki juga adalah PEMBERIAN.

    Ketika aku ingin jadi yang TERKUAT, aku lupa, bahwa dalam KELEMAHAN,
    Tuhan memberikan aku KEKUATAN.

    Ketika aku takut Rugi,
    Aku lupa, bahwa HIDUPKU adalah sebuah KEBERUNTUNGAN, kerana AnugerahNYA.

    Ternyata hidup ini sangat indah, ketika kita selalu BERSYUKUR kepadaNYA.

    Catatan:
    -------------
    Puisi ini karya WS Rendra terakhir yang ditulis sesaat sebelum beliau meninggal.

    Penyair Si Burung Merak - julukan penyair lintas generasi, Willibrordus Surendra Broto Rendra alias WS Rendra, berganti nama menjadi Wahyu Sulaiman Rendra, setelah menjadi muallaf tahun 1970.

    Lahir di Surakarta tahun 1935 dan wafat di Depok tahun 2009.

    BalasHapus